Beranda Pembawa Karya Pembawa Karya : Ai Nurhidayat Sang Penjaga Toleransi Multikultural Dari Cintakarya

Pembawa Karya : Ai Nurhidayat Sang Penjaga Toleransi Multikultural Dari Cintakarya

1088
0

Halo  sahabat, semoga semua dalam lindungan Alloh SWT, Aamiin.. Pada minggu ini “Pembawa Karya” akan membahas salah seorang sahabat berasal dari Desa Cintakarya. Seorang sahabat yang dinobatkan sebagai penjaga toleransi multikultural yang sudah tidak asing lagi didunia pendidikan. Pria ini juga sering diundang sebagai narasumber dalam berbagai acara.

Ai Nurhidayat lahir di Dusun Cikubang RT 003 RW 004 Desa Cintakarya Kecamatan Parigi. Menempuh pendidikan di SMA Plus Darussalam Ciamis pada tahun 2004-2007 kemudian meneruskan jenjang pendidikan Sarjana (S1 Media Studies) di Universitas Paramadina pada tahun 2008-2012.

setelah lulus pria yang sering disapa kang Ai, mendedikasikan hidupnya untuk pengembangan pendidikan kemasyarakatan dimulai dengan bergiat melalui komunitas, mengubah sistem pendidikan, mewujudkan semangat kebangsaan dan mewujudkan perdamaian dunia. Berikut ini adalah gerakan-gerakan nyata yang sudah dilakukan dan akan terus dilakukannya :

SABALAD  adalah Komunitas Belajar pemuda di Pangandaran yang bergerak pada 5 isu utama : literasi, seni budaya, kepemudaan, pemanfaatan media dan ekologi. Sabalad diresmikan (secara legal) pada 31 Januari 2013 di Dusun Cikubang Desa Cintakarya Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. Saya menjadi ketua sejak diresmikan hingga 31 Januari 2016. 3 prestasi besar yang pernah diraih sebagai komunitas adalah dengan meraih penghargaan pada ajang Gotrasawala Ethnoghrafic Film Festival 2014, Juara 1 OKP kategori lingkungan hidup tingkat provinsi Jawa Barat pada Oktober 2018 dan Juara 1 OKP Berbasis Komunitas Tingkat Nasional  dengan meraih Piala Soegondo Djojopoespito pada Desember 2015. Selain itu juga mendapat penghargaan pada Festival Film Tasik sebanyak 2 kali dan belakangan mendapat Anugerah Literasi Priangan Timur.

SMK Bakti Karya Parigi  merupakan pengembangan yang dilakukan para penggiat Sabalad untuk mengimplementasikan reformasi pendidikan dengan merejuvenasi SDM (pengelola yang muda-muda), melibatkan publik (membuka partisipasi dan transparansi publik), menggratiskan sekolah (seluruh siswa mendapatkan beasiswa penuh tanpa pungutan), dan mengubah jurusan yang lebih bisa menghadapi kemajuan pesan (dibukanya jurusan multimedia, tadinya TKJ), serta merancang pembelajaran yang dinamis (mengundang siswa yang beragam latar belakang). Diharapkan Sekolah yang berdiri pada 2012 ini menjadi sekolah yang menyenangkan dan penuh kedamaian. Sekolah ini mengalami perombakan manajemen sejak 2014 hingga selesai akhir 2015. Sejak berhenti menjadi ketua Sabalad, Kang Ai memilih untuk bergiat pada pendidikan formal dengan menjadi ketua Yayasan Darma Bakti Karya yang menaungi SMK Bakti Karya Parigi.

Kelas Multikultural  adalah gerakan publik untuk menerima, mengapresiasi, memberi tempat dan melindungi keragaman melalui gerakan sekolah gratis dan terintegrasi dengan masyarakat. Gerakan ini hadir seiring perubahan total di SMK Bakti Karya Parigi terutama untuk menghadirkan siswa yang beragam dan membangun platform dukungan publik untuk membuka akses pendidikan secara gratis. Program ini juga merupakan bentuk advokasi untuk siswa dari daerah konflik, 3T dan kalangan termarjinal agar mereka memperoleh kesempatan yang sama untuk menemuh pendidikan.
Kelas Multikultural disiapkan untuk direplikasi di daerah lain bahkan seluruh daerah di Indonesia untuk memperkuat hubungan baik lintas identitas dan menyiapkan generasi menjadi Peace Worker atau pekerja perdamaian. Program ini juga mendorong terciptanya reformasi sistem pendidikan nasional agar lebih dapat berkembang dan menjawab kebutuhan warga negara sesuai cita-cita kemerdekaan : … melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untukmemajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Program ini berada di bawah naungan Yayasan Darma Bakti Karya. Dari konsep hingga pelaksanaannya didukung oleh para relawan yang memiliki peranan sangat besar. Relawan Kelas Multikultural terdiri dari para pegiat muda, cendekia, profesional yang tersebar dari Aceh hingga Papua yang memiliki komitmen untuk menyukseskan program ini. Saat ini, siswa penerima manfaat langsung berasal dari 20 provinsi di Indonesia.

Kampung Nusantara  merupakan gerakan masyarakat untuk mewujudkan semangat Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Kampung Nusantara menjadi tempat yang mempraktekan semangat ekologis, menawarkan keberagaman dan kebanggaan terhadap kekayaan Nusantara. Di Kampung ini, para penduduk setempat terbuka untuk berinteraksi dan mengenalka kehidupan keseharian warga dan menjadi tempt yang cocok untuk kgiatan bakti sosial, pengembangan CSR, pelatihan dan live ini.
Kampung Nusantara diresmikan pada awal 2018 oleh Bupati Kabupaten Pangandaran dengan prakarsa dari masyarakat dan dukungan awal dari Serikat Mahasiswa Universitas Paramadina. Di kampung ini juga, puluhan siswa dari 20 provinsi tinggal di asrama, belajar bersama warga dan memiliki kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan warga.

“Pembawa Karya” berharap dari kisah ini dapat menginspirasi seluruh warga Indonesia khususnya Desa Cintakarya untuk memberikan karya terbaik bagi Nusa dan Bangsa. yang pastinya akan memberikan manfaat bagi sesama manusia, Aamiin… Sampai jumpa lagi dengan sosok “Pembawa Karya” selanjutnya.

Pasang

LEAVE A REPLY

Silahkan berikan komentar!
Silahkan masukan nama anda di sini